Rabu, 12 September 2012

Mangkuk Cantik


Mangkuk Cantik

Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, dan Utsman datang bertamu ke rumah

Ali. Di sana mereka dijamu oleh Fathimah, putri Rasulullah SAW sekaligus

istri Ali bin Abi Thalib. Fathimah menghidangkan untuk mereka semangkuk

madu. Ketika mangkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh melayang

dekat mereka. Rasulullah SAW segera meminta para sahabatnya untuk membuat

perbandingan terhadap ketiga benda tersebut, yaitu mangkuk yang cantik,

madu, dan sehelai rambut.

Abu Bakar yang mendapat giliran pertama segera berkata, “Iman itu

lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang beriman itu lebih

manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti

sehelai rambut.”

Rasulullah SAW tersenyum, lalu beliau menyuruh Umar untuk mengungkapkan

kata-katanya. Umar segera berkata, “Kerajaan itu lebih cantik dari

mangkuk yang cantik ini. Rajanya lebih manis dari madu, dan memerintah

dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Rasulullah SAW kembali tersenyum, lalu berpaling kepada Utsman seraya

mempersilakannya untuk membuat perbandingan tiga benda di hadapan

mereka. Utsman berkata, “Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik

ini. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan beramal

dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Seperti semula, Rasulullah SAW kembali tersenyum kagum mendengar

perumpamaan yang disebutkan para sahabatnya. Beliau pun segera mempersilakan

Ali bin Abi Thalib untuk mengungkapkan kata-katanya. Ali berkata,

“Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu itu

lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke

rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Rasulullah SAW segera mempersilakan Fathimah untuk membuat perbandingan

tiga benda di hadapan mereka. Fathimah berkata, “Seorang wanita itu

lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Wanita yang mengenakan

purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak

pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti

sehelai rambut.”

Setelah mendengarkan perumpamaan dari para sahabatnya, Rasulullah SAW

segera berkata, “Seorang yang mendapat taufiq untuk beramal lebih

cantik dari mangkuk yang cantik ini. Beramal dengan perbuatan baik itu

lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas, lebih sulit dari

meniti sehelai rambut.”

Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan,

“Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk

yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis

dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari

meniti sehelai rambut.”

Allah SWT pun membuat perumpamaan dengan firman-Nya dalam hadits Qudsi,

“Surga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat

surga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surga-Ku lebih sulit

dari meniti sehelai rambut.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar